RSS

COWOK RASA APEL 3 – Rumah Pohon

 

 

“Rumah bukanlah tentang tempat yang diberikan kepadamu. Bukan tentang di mana kau dilahirkan. Bukan tentang di mana kau dibesarkan. Takdir menggiringmu untuk memilih. Maka kau memilih takdirmu. Rumah adalah tempat yang kau pilih, tempat di mana kau dapat merasakan bahwa takdir menjadikanmu: DIRIMU.

Kehidupan menjulang kian tinggi. Takdir memberiku pilihan: lari, atau hadapi! Aku memilih jawaban, “Ya, baiklah. Akan kupanjat dahan-dahan terjal itu, akan kusambut terpaan angin layaknya uluran tangan.”

Kini aku tinggal di sebuah rumah yang tak semua orang memilikinya, karena tak semua orang berani menemukannya. Tegak memandang kepada kehidupan. Aku merasa terhormat. Aku merasa pulang.

Tapi aku sedih karena kau tak bersamaku….”

 

 cra-3-rumah-pohon

 

***

 

Dimas Di Mata Gue….

 

Dia saudaraku. Kakakku. Delapan belas tahun lalu, di saat yang sama selama sembilan bulan, aku berbagi rahim dengannya. Tidak identik, tapi banyak yang mengira begitu karena wajah kami mirip. Jelas saja mirip, bagaimanapun kami sedarah. Tapi untuk satu hal, sudah pasti aku dan dia nggak mirip:

Dia gay.

Aku bukan!

Memang aneh, cowok suka cowok. Kok, bisa gitu, ya? Tapi guys, setelah aku lihat sendiri pada dirinya, ternyata gay nggak seaneh yang kupikirkan selama ini. Bahwa ada yang bilang homo itu bisa menular, itu juga bullshit! Kurang apa coba, aku sembilan bulan berdua dengan dia di perut Mama, bukankah seharusnya aku sudah tertular? Nyatanya: No, gue nggak homo.

Lalu apa pendapatnya soal dirinya sendiri sebagai gay? Dia sendiri yang bilang, jadi gay tak otomatis menjadikannya cowok inferior, ataupun (apalagi) superior. Dia tak asal-asalan mengikuti jargon: I’m gay & I’m proud! Menjadi gay bukan soal malu atau bangga. Sebab gay bukan prestasi. Gay adalah identitas. Aku menyetujuinya.

Bertanya apakah kau bangga jadi gay, sama dengan bertanya apakah kau bangga jadi cowok. Kenapa bangga jadi cowok, memangnya jadi cewek memalukan? Oke, kau mungkin akan bilang bahwa kau bangga menjadi ‘cowok normal’. Jadi, gay itu bukan ‘cowok normal’? Hei, aku sudah melihat sendiri bahwa seorang gay sama ‘normal’nya dengan orang lain. Dalam arti, dia punya sifat-sifat yang kita juga bisa temukan pada orang lain, tapi dalam paket uniknya sendiri.

Yaaa, ada yang bilang: everybody is unique! Seunik apa saudara kembarku itu? Se’normal’ apa?

Inilah penilaianku. Dia cowok delapan belas tahun yang periang, humoris, sedikit lebay, tapi kadang cenderung penyendiri. Disiplin soal kerapian dan kebersihan, tapi bukan metroseksual. Berjiwa musikal, pintar main gitar, bersuara lumayan bagus, bisa menulis puisi. Nah, kalau dia bukan homo mungkin ceweknya sudah segudang.

Tapi daya tarik itu mungkin tak akan berlaku di mata cewek yang lebih suka faktor fisik dan maskulinitas. Kenapa? Dia nggak suka olah raga, dan nggak suka sayur. Pernah coba-coba ikut Wushu, tapi menyerah pada bulan kedua. Mengendarai motor dengan kecepatan tak bisa lebih dari 70 km/jam. Pernah belajar menyetir mobil, pada hari ketiga menabrak kandang ayam tetangga. Soal hantu? Yes, dia takut hantu. Payah, kan? Tapi ada catatan: kalau kau mau kerahkan segala jenis serangga dari yang menjijikkan sampai yang menakutkan, nggak akan mempan buat menakut-nakuti dia. Dia satu-satunya orang yang, pernah aku lihat dengan mata kepala sendiri, berani menangkap kecoa dan orong-orong dengan tangan kosong. Aku tiga tahun belajar Karate, tetap saja nggak berani! Tapi kembali lagi ke soal maskulin, apakah menangkap kecoa dengan tangan kosong adalah sebuah jurus maut di mata cewek (ataupun cowok)? Big no! Ngondek sih enggak, tapi tetap susah dibilang macho!

Tapi dia tergolong pintar. Dengan catatan: bukan untuk menghadapi angka dan rumus IPA. Dia logis cenderung nyeleneh. Dia brilian dengan caranya sendiri. Salah satunya menangkap kecoa dengan tangan kosong itu, mungkin.

Pintar bukan berarti tak pernah jadi pecundang. Dia pernah ketiban sial dalam urusan cinta. Dia jadi korban kebohongan seorang cowok bernama Erik, idola sekolah yang dia puja-puja sejak masuk SMA. Alih-alih diterima cintanya, rahasia bahwa dia gay malah diungkap ke teman-teman satu sekolah. Jadinya, dia coming out secara terpaksa. Cintanya memang kepedean, sih. Jatuh tertimpa tangga, ketiban sarang tawon pula. Ditolak sang idola, jadi sasaran bullying pula! Iya memang, setiap kejadian ada hikmahnya. Tapi jujur aja, deh… lu mau digebukin anak satu geng demi mencari hikmah?

Sad but true, homoseksual memang realita. Begitu juga homophobia. Aku berani taruhan, dia akan menang kalau berdebat. Kalau sudah bicara, dia pembicara yang tangguh. Guru BP saja puyeng berdebat dengan dia. Tapi dia nggak bisa disuruh berkelahi. Pasti keok! Pada titik itu, akulah yang maju menghajar orang-orang yang mengerjai dia. Aku nggak bohong, itu pernah kulakukan.

Ya. Aku sayang Dimas. Aku menerima dia apa adanya, normal ataupun tidak.

Aku kukuh meninggalkan Medan, meninggalkan keluarga dan teman-teman sepermainan di sana, demi melengkapi dirinya. Aku nggak ge’er, karena aku yakin Dimas memang butuh aku. Aku saudara satu-satunya. Perjalanan sembilan bulan dalam kandungan tak bisa diingkari, biarpun kami juga sudah lupa kayak gimana rasanya di dalam sana. Tentu kami nggak berantem, adu mulut, perang guling, seru-seruan di dalam perut Mama. Mungkin cuma tidur sepanjang hari di sana. Tapi, ffhhh… sulit diuraikan dalam kata-kata, tentang bagaimana aku merasa terhubung dengannya. Sebagai dua bersaudara, kami dipisahkan selama bertahun-tahun (karena suatu hal yang aku tak tertarik mengungkitnya). Ketika kami bertemu lagi, sangat terasa bahwa selama ini ada bagian yang hilang dari diriku. Kurasa, nggak cuma dia yang butuh aku. Aku juga butuh dia.

Terdengar romantis? Jangan berpikir macam-macam! Aku nggak pacaran dengan saudara kembarku! Memangnya dunia sudah kehabisan cewek?

Kenapa aku bilang aku butuh dia? Hei, aku merasa punya saudara kembar gay itu lucu! Seru…! Kita bisa mengusili sesama cowok dengan cara yang nggak biasa, karena mencomblangi cowok dengan cewek itu sudah biasa! Sebenarnya, awalnya aku cuma bermaksud mengusili Dimas yang sedang patah hati gara-gara ditolak Erik. Ternyata, keusilanku malah membawa nikmat bagi Dimas. Dia beneran mendapat boyfriend: Fandy, seorang adik kelas yang berasal dari desa, berjiwa sastra, pintar, tampan, dan segudang pujian lainnya yang selalu disebut Dimas secara bergantian (aku sampai bosan mendengarnya).

Ada manis-pahit tentang perjuangannya mendapatkan Fandy, tapi aku tak mau berpanjang-panjang menceritakannya. Soal hubungan mereka, aku cuma ingin bilang, sejauh ini Fandy bisa memberi efek yang positip. Dimas tetap se’normal’ sebelumnya. Cuma lebih bahagia, lebih bersemangat, hari demi hari sampai setahun lebih hubungan mereka berjalan. Dan itu bagian dari jasaku, sebaiknya dia selalu ingat itu!

Itulah maksudku, kenapa aku butuh dia. Kita tak bisa merasakan diri kita sebagai orang yang berarti jika kita tak berada di antara siapa-siapa. Kita selalu butuh orang lain. Dan Dimas adalah satu-satunya saudaraku. Aku merasa memiliki arti lebih saat bisa melakukan sesuatu buat dia. Aku tak menjadi saudara yang sia-sia, dan dia sendiri memberiku warna baru yang sebelumnya tak pernah kupikirkan. Ya, seru!

Aku tahu, tak semua orang bisa menerima gay. Pada Dimas aku belajar memahami, dan kesimpulanku: dia tak butuh dibenarkan, hanya butuh diberi kesempatan. Dia berhak menjalani hidup sesuai keyakinan hatinya, karena kita semua juga mau begitu. Perasaan tertolak hanya akan menyandungnya, menghalangi prestasi-prestasi positip yang sebenarnya bisa dia capai. Sebab, kalau aku harus membanggakan dia, aku akan membanggakan saudara kembarku karena dia punya prestasi. Bukan karena dia homo. Aku tak akan menghalangi jika dia memang suka cowok. Kecuali kalau dia berani towel-towel gue, gue ajak berantem!

Aku mendukung apa yang dia yakini sebagai pilihan terbaik.

Tapi…

Fffhhh…. Hidup memang nggak selalu mulus, ya? Suatu ketika, akhirnya aku mulai waswas juga terhadap Dimas. Terutama soal hubungannya dengan Fandy. Guys, semua ceritaku nanti akan dimulai dari situ.

Aku benar-benar cemas waktu itu. Beberapa bulan lalu, waktu itu aku meminjam HP milik Dimas untuk mengirim SMS. Setelahnya, iseng-iseng aku buka foto-foto di dalam memori HP-nya. Kutemukan satu buah foto yang membuatku kaget…!

Mas, serius kamu simpan foto beginian?! kutunjukkan foto itu ke Dimas.

Dia langsung merebut HP-nya dan protes. Apaan, sih? Ngapain kamu buka-buka segala?

Nah, itu dia yang bakal jadi masalah! Kamu nggak tahu kapan orang lain akan lihat foto itu. Dilihat oleh orang yang salah, kamu dapat masalah! nasihatku waktu itu.

Aku nggak pernah sembarangan meminjamkan ponsel ke orang lain.

Kamu nggak tahu kapan orang lain akan lihat foto itu! tandasku lagi. Dia nggak bodoh. Tapi suka ceroboh!

Aku cuma menciumnya, gumamnya, melihat foto itu dengan senyum tenang. Masa, sih, akan jadi masalah?

Lu nggak tahu kapan itu akan jadi masalah!

Dia malah tertawa. Kalaupun iya, nggak akan jadi masalah besar. Aku cuma menciumnya di pipi. Bukan di tempat yang lain.

Di pipi? Ya, memang. Pipi yang hampir menyerempet bibir!

Oke, aku sudah cukup memperingatkannya. Bersikap cerewet, apalagi cowok, itu memang terdengar menyebalkan. Tapi seharusnya dia mengerti, bahwa untuk hal yang satu itu aku serius menasihatinya. Akhirnya, aku cuma bisa berharap apa yang kucemaskan tak akan terjadi.

Tapi…

Hmmhhh…. Sial. Yang kucemaskan itu terjadi!

Aku Denis, saudara Dimas, ingin menceritakan apa yang telah terjadi. Guys, semua tak baik-baik saja.

 

 

 ***

 

47 responses to “COWOK RASA APEL 3 – Rumah Pohon

  1. noelapple

    20 Desember 2013 at 22:28

    Selamat membaca…

     
  2. noelapple

    20 Desember 2013 at 23:40

    Untuk melanjutkan membaca, silakan klik kemari: https://ceritasolitude.wordpress.com/cra-3-rumah-pohon/1220-2/

    Tapi ada kuis kecil, hehehe… 😀

    Gampang kok.

    Petunjuknya:
    Di cerita Cowok Rasa Apel 1, Dimas berkenalan dengan seorang tour guide bernama Awan. Nah, siapakah nama boyfriend Awan? Masukkan jawabanmu e kolom yang tersedia, ketik dalam huruf kecil semuanya. Jika jawabanmu benar, maka halaman lanjutan CRA 3 dapat kamu baca. 😉

    Selamat berusaha!

     
    • silver

      10 Juni 2016 at 22:00

      Bukannya nama dari bf nya mas awan tuh….muncul di cowok rasa apel 2 ya?

       
  3. Sekedar Mampir

    20 Desember 2013 at 23:51

    Makasih kak Noel, pembukaan CRA 3-nya buagus banget 😀

    Kak Noel, aku punya jargon bikinan sendiri dari SMA yang bikin semua teman-temanku merubah pemikiran tentang siapa aku, yaitu :
    “Mesio Aku Ngunu, Tapi Aku Gak Ngunu”

    Artinya meskipun aku “berbeda”, tapi aku tidak sama dengan orang yang “berbeda” lainnya…
    Dan mengutip dari tulisan di atas : everybody is unique 😀

     
  4. Fauzimam

    21 Desember 2013 at 00:31

    nice..

    *mas noel, yg CRA 2 udah ada file pdf nya belom ya? klo ada, aku mau dong beli..
    thx

     
  5. panji putra

    21 Desember 2013 at 00:42

    Wah mas noel Keren banget opening n.

     
  6. Fauzimam

    21 Desember 2013 at 01:02

    mas Noel, aku punya Ebook CRA 1, kek nya nggak pernah di sebutin deh nama dr BF nya si mas Awan ini?? perasaan udah aku baca bbrp x dulu, apa aku nya yg lupa ya? hmmm…

     
    • arbi

      21 Desember 2013 at 12:20

      Aq juga udah cek lgi mas,,coba mngingt2 ttp ga ada mas. Hmmmm

       
  7. putra

    21 Desember 2013 at 01:15

    Tetep ga bisa di buka mas noel 😦

     
  8. panji putra

    21 Desember 2013 at 01:20

    Kok gax bisa mas, dah q tulis nama panjang pkai spasi gax mau, gx pakai spasi juga gax mau, d tulis nama depan aja juga gax mau mas… G mana ni mas..

     
  9. BlackBox

    21 Desember 2013 at 01:22

    Lah . . . ini yg CRA 1 udah nggak full di webnya… -_-
    #Help…
    Kalo di webnya nggak ada yg jelasin nama bfnya Awan…
    perlu beli novel CRA dlu dong?
    (lagian memory masa2 CRA 1 udah pada di reset -_-“)

    Gmn nih mas? hahahaha
    #pencerahan

     
  10. akyuza

    21 Desember 2013 at 04:39

    rasa sayangnya denis ke dimas itu selalu bikin aku terharu :’D aaaa~ baru opening aja udah seru gini XD

     
  11. iniputra

    21 Desember 2013 at 05:54

    yang mengagumkan dari ceritanya ini semua karakternya memiliki sifat yang ‘alami’.. gak ada yang terkesan berlebihan. hehe.
    tapi satu pertanyaanku mas, kok aku gagal terus masukin pass ya? padahal udah sesuai namanya, atau salah?

     
  12. noelapple

    21 Desember 2013 at 12:19

    Password yg dimaksud adalah nama pendeknya. Dapat diketahui setelah membaca Di Bawah Langit Bali. 🙂 Terima kasih sudah mencoba.

     
    • iniputra

      21 Desember 2013 at 22:16

      udah beres bang, udah dapet

       
  13. Tefan

    21 Desember 2013 at 12:51

    ya ampunnn…
    passwordnya gampang ternyata…

     
    • noelapple

      21 Desember 2013 at 22:34

      habisnya kalian pada manja sih. aku kasih yang rada sulit dikit langsung pada ngambeg. :p

       
  14. Shoka

    21 Desember 2013 at 21:41

    Opening nya keren.
    Cuma itu commentnya

     
  15. AditaKID

    23 Desember 2013 at 19:54

    Bang noel sebenernya saya reader varu yg baru vaca CRA tuh akhir bulan november.. maaf gak review dri awal.. soalnya saya langsung baca lanjutan2.nya.. dan demi apapun saya suka pake bgt sma ceritanya.. konfliknya saya suka.. dan terselip beberapa hal yg sebenernya saya gk tau tp karena baca cerita ini saya jd tau.. contohnya aja d CRA 2 yg tentang kode etik guru bp itu.. saya kagum sama bang noel.. ternyata selain author yg berbakat dalam ceritanya.. bang noel jg pintar.. kagum saya sama bang noel.. udh begitu saja..sekali magi maaf saya gk review dri awal.. yg jelas saya jatuh cinta sma CRA ^^d

     
    • AditaKID

      23 Desember 2013 at 21:47

      Maksud akhir november itu akhir november 2013.. jd saya benar2 reader baru yg ketinggalan jauh ceritanya.. maaf yaa gak review dri awal..
      Cuman ingin perkenalan..
      Saya Adita.. reader baru yg suka banget sma ceritamu ini bang ^^d

       
  16. Erik junior

    26 Desember 2013 at 18:41

    Udah bca berkali-kali tapi gag bosen-bosen ..
    Sumpah keren bnget ..
    Takjub deh sma mas noel ..
    Btw fb bang noel itu apa sih ??

     
  17. shaul

    31 Desember 2013 at 00:00

    setelah lama ditunggu-tunggu akhirnya rilis juga 😀
    perkenalkan bang Noel, saya baca CRA dari waktu CRA dua rilis setiap minggu, dulu suka komen tapi suka ganti” namanya, he.
    akhirnya bisa ngerasain dulu lagi, begadang tunggu sampai jam 00.00 cek blog ini krn ada yang ditunggu” setiap minggunya dan bikin selalu penasaran. 😀
    can’t wait for the next karung ^^b

     
  18. Newboyz

    13 Januari 2014 at 06:00

    Baru sempet buka semalem. Trnyata udah sebulan lbh ga buka ni blog. Makin keren aja. Penasaran ma CRA 3. Tp ntar dulu ya, msh sbuk krjaan. hehe. Mas Noel, trs brkrya. Semangat.

     
  19. feizal05

    1 Februari 2014 at 10:52

    Salut buat ka noel! Baca dari CRA 1 sampe 3 pasti selalu terharu. Dan setelah baca itu aku selalu mikir, “tadi gue baca atau nonton si?”. Saking nyatanya malah mikir kaya ‘nonton’. Seru banget! 😀

     
    • noelapple

      1 Februari 2014 at 16:11

      Ah, kau pasti bohong.

       
      • feizal05

        2 Februari 2014 at 19:39

        Beneran ka, semoga bisa dibikin film ya. Amin :p

         
  20. isam imut

    22 Februari 2014 at 23:29

    novel yg bagus enak ,ringan tapi rasanya beuhhh rasa ice cream yg di lapisi coklat emas ,tanpa sadar mampu menghipnotus kita seakan kita brada d crita tersebut.Good job d tunggu karung 8 nya mas sukses terus ya dengan karya2 nya amin

     
    • noelapple

      23 Februari 2014 at 16:56

      Pujiannya terlalu manis. Saya tidak suka sesuatu yang terlalu manis. Tapi terima kasih.

       
  21. zulkieli husin

    13 Juni 2014 at 02:07

    pengen knal sama penulsnya
    bleh gak . . . . . . .
    Kalaw blh sh
    aku mimta fb nya

     
    • noelapple

      19 Juni 2014 at 22:07

      Tanya Mark Zuckenberg, boleh nggak FB kamu minta.

       
  22. rifan sugianto

    29 Juli 2014 at 14:38

    telat bangeeeeeet…..
    setelahnya apel1 n 2 kirain dah g ada lg, abisnya ditunggu-tunggu g dateng2, ternyata…..aaaaaaaaaarrrggghhhh…. telat kok 7 bln aaaarrgghhh…. sial!

    eh g sial2 amat kali ya, kn g pake ikut quiz2an, jdnya bacanya bs lempeeeeeeng kayak tol.
    hehehe….

    makasih Noel
    u are a great one

    #confirm fbnya ditunggu 🙂

     
  23. rifan

    2 Agustus 2014 at 11:06

    telat bangeeeeeet…..

    setelahnya apel 1 n 2 kirain dah g ada lg, abisnya ditunggu-tunggu g dateng2, ternyata…..aaaaaaaaaarrrggghhhh….
    telat kok 7 bln aaaarrgghhh…. sial!

    eh g sial2 amat kali ya, kn g pake ikut quiz2an, jdnya bacanya bs lempeeeeeeng kayak tol.hehehe….makasih Noel u are a great one

    #confirm fbnya ditunggu

     
  24. Megumi

    4 Oktober 2014 at 15:02

    Arrrg >< Salam kenal kakak. Saya reader baru. Langsung nyelong aja di bagian lain. Nanti ku baca. Tapi ini keren kak. Mengalir saja. Hebat

     
  25. anon

    26 November 2014 at 14:06

    bang noel gue masih bingung deh, yang lanjutan keranjang 27 itu yg mana, yg waktu dimas hari terakhir dibali, yg mana?

     
    • noelapple

      28 November 2014 at 00:22

      hanya ada di versi buku.

       
      • Eza Zenandy

        14 Desember 2014 at 23:26

        untuk buku ada berapa season mas?

         
  26. shandylee24

    25 Desember 2014 at 02:43

    salam kenal kak noel.. aku suka banget dengan cerita yang kaka buat..
    aku lagi belajar nulis nih kak..^^
    jangan lupa kunjungi blogku ya kak http://boylovestories.wordpress.com
    Makasih

     
  27. aditya

    27 Desember 2014 at 21:30

    bro yang CRA 1 keranjang 27 nya mana ya.? Trus yang CRA 2 kantong 29 dimana juga bro, jdi ngegantung nih bro.. Mkasih bro

     
    • noelapple

      28 Desember 2014 at 12:56

      Adanya di versi novel.

       
      • aditya

        30 Desember 2014 at 00:37

        gantung ceritanya, jadi gk tau gimana jadiannya dimas sama fandy -__-

         
  28. Olif07

    16 Juli 2015 at 08:24

    Maaf kak noel…q jd gregetan bgt…penasaran tingkat akut…kapan update CRAnya??

     
  29. Kandi

    18 September 2015 at 09:24

    Kapan nie lanjutan ceritanya CRA 3…

     
  30. bayucho

    3 November 2015 at 12:56

    Agak nyesel sih bacanya, udah sejauh ini.. 😦 yg di jogja, adakah apel untukku?

     

Tinggalkan Balasan ke Olif07 Batalkan balasan